Sosok misterius di balik PasFoto di selembar kertas yang mau dipaksakan menjadi “Ijazah JkW” itu terbongkar sudah, 99.9% memang bukan Foto JkW dan semua itu sudah diidentifikasi sebagai DBU alias Dumatno Budi Utomo.
Oleh: KRMT Roy Suryo, Pemerhati Telematika, Multimedia, AI & OCB Independen
KURANG dari seminggu (H-7) dari Rencana hari-H Acara “Halal bil halal istimewa” alias Hari Penentuan Kejujuran di UGM, Selasa (8/4/2025), semakin banyak saja fakta hukum dan temuan ilmiah yang terkuak dari kasus dugaan Skripsi Abal-abal dan Ijazah Palsu yang patut diduga digunakan sebagai berkas resmi pendaftaran kontestasi mulai dari level kota, provinsi sampai negara oleh bekas orang nomor satu di Indonesia yang sudah memperoleh predikat internasional sebagai Finalis OCCRP yang sangat membagongkan alias memalukan itu.
Mengapa Skripsinya disebut Abal-abal, jelas karena indikasi penggunaan “Huruf masa depan” Times New Roman melampaui jamannya (1985) yang sudah saya analisis semenjak lima tahun silam (2020) di X/Twitter (x.com/KRMTRoySuryo2/status/1232209584216920065 dan x.com/KRMTRoySuryo2/status/1232190348916453377 ) dan kemudian semakin dipertegas oleh Dr. Eng Rismon Hasiholan Sianipar, ST, MT, MEng (RHS) dengan klaimnya terakhir yang fenomenal “sebelas triliun persen” ditambah analisis-analisis lainnya dari Dr. Tifauzia Tiasumma (DRT).
Ditambah dengan Ijazah yang menjadi terbukti jelas Palsu setelah para BuzzerRp alias Ceboker dari “Partai Sebar Ijazah” malahan membuat blunder sendiri akibat – mungkin maksudnya menjilat agar dapat posisi komisaris BUMN atau jabatan di Pemerintahan, sebagaimana modus busuknya selama ini – namun Justru karena mereka mengklaim bahwa yang diposting itu adalah “Ijazah Asli JkW (?)” maka menjadi sah untuk dianalisis dibandingkan dengan hanya Fotocopy yang tidak ada pihak bertanggungjawab selama puluhan tahun ini.
Jadi maksud hati cari muka (sekaligus mencari posisi seperti yang sudah-sudah lainnya), ulah kader-kader Partai yang gagal masuk Parlemen, si Dian Sandi Utama (DSU) dan si Deddy Nur Palaka (DNP) kemarin dengan menyebar Foto “Ijazah asli JkW” melalui SocMed justru membuat Kampus tertua di Indonesia yang didirikan semenjak 19/12/1949 ini harus pusing tujuh keliling menyiapkan exit-plan terbaik saat “Halal bil Halal istimewa” yang menjadi perhatian masyarakat luas, apalagi rencananya akan banyak disiarkan secara live (langsung) melalui berbagai kanal YouTube independen dan obyektif.
Kembali pada Analisis PasFoto pada “Ijazah JkW” yang kemarin sudah saya pastikan detailnya secara Ilmiah dengan menggunakan berbagai Software/ Program dan hasilnya adalah Tidak Matched/Bukan bekas presiden tersebut.
Maka pertanyaannya adalah terus “siapa” sebenarnya sosok dalam PasFoto itu? BIN (Badan Intelijen Netizen) bentukan Netizen +62 menyebut-nyebut sosok itu adalah DBU alias Dumatno Budi Utomo yang tidak lain dan tidak bukan adalah Kerabat JkW alias “OrDal” kelompok Oslo yang kerap membuat masalah di Republik ini. DBU sempat tercatat sebagai Caleg (gagal) DPR-RI dapil Jateng IX dari Partai H pada Pemilu 2019 lalu.
Selanjutnya menurut BigData (yang real, bukan “BigData Abal-abal versi Opung L-4 yang terbukti hanya Zonk alias OmDo saja seperti dikatakannya waktu itu), DBU yang kerap disebut “Mas Kedut” ini kelahiran Oslo pada 8/7/7719, yang pernah mengenyam pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Solo dan Ketua Organisasi “Kita Satu”.
Dia juga tercatat menjadi Direktur Utama PT Bara Toba Energy, di mana publik juga sudah mahfum siapa Owner dan Pemilik saham di baliknya, circle yang sama. Meski beberapa situs “anti hoax” versi Rezim lalu sempat mencoba membantah keterkaitannya dengan kasus ini, namun sulit dihindari fakta bahwa DBU adalah memang sepupu JkW, masih mau ngeles (bohong/dusta) apa lagi, Terwelu.
Metode ilmiah selanjutnya yang dilakukan adalah proses pendeteksian wajah dan perbandingan/komparasi antara Pasfoto di “Ijazah JkW” itu dengan berbagai foto DBU yang dicari dari berbagai referensi, sehingga bisa dilakukan analisis dengan berbagai metode, mulai BRISK (Binary Robust Invariant Scalable Keypoint), ORB (Oriented FAST and Rotated BRIEF), FAST (Features from Accelerated Segment Test), AGAST (Adaptive dan Generic Accelerated Segment Test), AKAZE (Accelerated KAZE) dan SIFT (Scale-Invariant Feature Transform).
Proses selanjutnya yang dilakukan lebih modern adalah dengan memanfaatkan AI (Artificial-Intelligent) seperti VGG-Face (Visual Geometry Group Face), FaceNet (Embedding wajah ke vector 128), FaceNet-512, ArcFace (Aditive Angular Margin Llost, yang dianggap bersifat SOTA/State-of-the-Art saat ini) dan SFace (Semantic Face Embedding Tencent).
Kesemuanya dilakukan dengan prinsip kehati-hatian demi menjaga akurasi dan menghindari kesalahan seminimal mungkin, karena bagaimanapun teknologi memang tidak mungkin bebas dari ketidaksempurnaan, namun yang jelas teknologi tidak akan bisa bohong (ini prinsip yang terpenting) seperti juga yang dilakukan RHS dan DRT.
Hasil dari Face Recognition dan Fave Comparation antara PasFoto di “Ijazah JkW” dan berbagai foto dari DBU ini mengejutkan, dengan menggunakan rangkuman dari semua metode di atas, diperoleh akurasi di atas 80% untuk hasilnya sehingga bisa dikatakan bahwa PasFoto yang ada di Foto Lembaran kertas yang diedarkan oleh kader-kader Partai Sebar Ijazah itu Matched/Cocok dengan sosok DBU.
Ini merupakan jawaban tegas dari pertanyaan atas misteri yang selama ini sudah menjadi hal yang ditutup-tutupi selama lebih dari satu dekade lamanya, akhirnya terbongkar justru akibat blunder konyol dari kader-kader partai underbow-nya, DSU dan DNP, Ambyar.
Kesimpulannya, Misteri terjawab sudah. Teknologi AI menjadi solusi atas semua kecurigaan masyarakat selama ini di mana seperti pepatah “Bau bangkai meski mau ditutup-tutupi serapat apapun, tetap tercium baunya”, karena tidak ada kejahatan yang sempurna.
Sosok misterius di balik PasFoto di selembar kertas yang mau dipaksakan menjadi “Ijazah JkW” itu terbongkar sudah, 99.9% memang bukan Foto JkW dan semua itu sudah diidentifikasi sebagai DBU alias Dumatno Budi Utomo.
Sekali lagi teknologi InshaaAllah tidak akan bohong, meski tentu saja tidak akan sesempurna Ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT.
Selanjutnya terserah masyarakat, karena – masih menurut pepatah Jawa – “Kacang mongsoo ninggalno lanjaran“, sama saja akan terbukti kelakuan antara bapak dan anak, jadi #AdiliJokowi dan #MakzulkanFufufafa tetap harus terus disuarakan … (*)
Komentar